Selamat pagi (di sini jam 8 : 38)...
Di atas tiang listrik, Tuhantu terus terusan menjambak celananya yang semakin melorot... Nampang seekor burung elang kecil terbang kesana kemari, sepertinya sedang ´kehilangan induk´? Entahlah... Apakah dia sedang ingin mencari teman ngerumpi? Bukankah burung elang, ´nature´nya memang selalu harus sendiri... ?... Terbang Sendiri...? Demikian Tuhantu ngomong dengan diri sendiri, kini sedang kepanasan, suhu mencapai 40 derajat celcius.
˝Hai burung elang kecil, kamu akan kesepian di sini, apa lagi di padepokan ini... Jika kamu tahu cara menjual dan mengobral ´nasehat´ mungkin kamu tidak akan sendirian... . Tapi, apa sih, yang ingin kamu sampaikan?.. .˝
˝... Weeeikkkk... Weeeikkkk... HUKUM ITU ILMIAH...˝ Demikian pekik burung kecil berusaha dengan susah payah mengkomunikasikan uneg-unegnya.
˝Hahahaha... Elang kecilku manis... Statementmu itu, sangat... sangat... sangat... kondisional dan situasional. .. Tergantung kamu terbang diatas wilayah mana, Negara mana... Mari saya bisikkan sesuatu! Mau buktikan bahwa di atas wilayah kamu melayang-melayang itu, ˝Hukum adalah salah satu ParaDogma?.. .˝
˝... Weeeikkkkkkkk. ... Weeeiiikkkkkkk. ...˝ Burung Elang Kecil, hanya memekik. Pekikannya tenggelam oleh gemuruh riuh rendah orang-orang yang sedang siap-siap berperang ´di bawah sana´...
˝... Cobalah ajukan ´agenda perangmu´ melalui jalur ´Hukum´... Saya mau melihat dan menunggu beritamu dari atas tiang listrik yang panas ini... Apakah ´Hukum´ memang ´eksist´ di wilayah terbangmu?.. .. Jika ´ya´... Dan memang ´INSTITUSI´ yang kamu pengen ´berakin´ itu akan berubah menjadi penuh dengan taik-taik burungmu... Maka, statementmu bahwa ´Hukum itu Ilmiah´ benar adanya, dan tidak sekedar sebagai penghias berlembar-lembar teks di atas kertas... ´Hukum itu Ilmiah´ sebuah ´fantasi´ tentang pohon rindang, dimana ´kaummu´ mungkin sedang mencari tempat ´bertengger´ karena sudah capek terbang sendirian... Buktikanlah itu!... Hukum itu Ilmiah? Bisa jadi, pertanyaannya: di mana? di atas kertas?... Hukum itu komoditi? Bisa jadi, pertanyaannya: berapa duitmu?... Buktikanlah bahwa ´Hukum itu ilmiah´ bukan sekedar ´dongeng dogmatis´ dosen-dosenmu. .. Seperti dongeng ´tukang kayu´ barusan, itu... Kalau menurut Kitab Empu El-Kopitalista, itu namanya ParaDogma!.. . Sampaikan ini pada rekan-rekanmu. .. ˝
˝..... .... .... .... ˝ Burung Elang masih terbang melayang-layang. .. Tuhantu menunggu tanggapan selanjutnya. ..
˝... Weeiiikkkkkkkkkkk. .. Weeeiiikkkkkkkk. .. urgent action: BERPIKIRLAH SENDIRI!!!.. .Weeeiikkkkkkkkk kk...˝ Elang Kecil kembali memekik, yang suaranya masih tenggelam, dihantam ombak badai dan oleh hiruk-pikuk suara-suara makhluk lainnya yang punya hirarki dan status ´lebih tinggi´. Karena konon mereka -makhluk lainnya itu- adalah species yang punya ´consciousness´ jauh di atas seekor burung Elang, apalagi hanya seekor Elang kecil...
˝..Hahaha... Ya.. Ya...Ya... Sampaikan salam saya sama rekan-rekan mahasiswamu, katakan pada mereka ˝TEBANGLAH SENDIRI SEJAUH DAN SETINGGI MUNGKIN... TUNJUKKANLAH! !!... BAHWA MEREKA MAMPU TERBANG SENDIRI BAGAIKAN SEEKOR ELANG...˝...
Demikain Obrolan Secangkir Kopi pagi ini...
May FUN be with you...
El Kopitalista
http://kopitalisme.blogspot. com
PESAN SEBELUMNYA:
HUKUM ITU ILMIAH
solidaritas mahasiswa untuk mahasiswa
solidaritas lw terhadap temen lw!
-PIMNAS (pekan ilmiah mahasiswa
mahasiswa nasional) diadakan di provinsi
lampung, tepatnya di kampus Universitas
Lampung (UNILA)
-stand fakultas hukum Universitas
Indonesia tepat berada di sebelah stand
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya (ITS)
-Universitas Lampung mempunyai media
pers kampus yang bernama RETORIKA
ada 3 orang mahasiswa ITS dikenai
skorsing 2 semester oleh pihak kampus.
urgent action:
BERPIKIRLAH SENDIRI!!!
*lw punya tempat nongkrong yang diisi
oleh mahasiswa2
-so what?????????-
*lw punya komputer dan bisa sedikit menulis
-so what???????-
*lw punya akses internet dan bisa
mencari informasi apapun di internet dan
mencari tau apa yang terjadi kepada 3
orang mahasiswa ITS yang di skorsing itu
-so what???????-
*lw punya temen anak RETORIKA UNILA
-so what???????-
*lw punya jaringan PERS KAMPUS
-so what???????-
*lw ngerasa ada ketimpangan informasi
-so what???????-
*lw punya solidaritas terhadap temen2 lw
yang di skorsing dan diancam akan di
DROP OUT
-so what??????-
*lw anak2 ANARKI yang kuliah atau punya
teman yang kuliah di lampung
-so what?????-
*lw anak2 VANDAL yang kuliah atau punya
teman yang kuliah di lampung
-so what?????-
*lw anak2/mahasiswa2 yang suka nyimeng,
minum, dll yang punya temen2 satu ritual
tapi masih percaya dengan yang namanya
solidaritas dan keadilan
-so what?????-
*lw mahasiswa2 yang punya agama dan
masih percaya kalo KEBENARAN, KEADILAN,
DAN KEMERDEKAAN MANUSIA itu sudah langka
di negeri INDONESIA ini
-so what???????-
catt:
-jurnalistik adalah musuh bebuyutan
politik (untuk anak2 pers mahasiswa)
-jangan biarkan hukum hanya menjadi
produk-produk wacana manusia2 (untuk
anak2 hukum, khususnya UI)
teruskan pesan ini kepada teman2
mahasiswa sesegera mungkin. teruskan
dengan cara apapun, baik lewat
friendster maupun email. sangat
diharapkan sekali kepada anak2 MERDEKA
yang berani bilang "ITS ANJING LAPINDO"
dan tidak takut menerima konswkwensi
yang akan diterimanya.
isi tulisan ini sepenuhnya dapat
dipertanggung jawabkan oleh gw.
ttd.
gw. (Nickname: Elang Kecil)
četvrtak, 19. srpnja 2007.
COMMODITIOLOGY
El Kopitalista: Berikut adalah ´Obrolan Warung Kopi´ antara saya (Kopitalisme) dan Cornellia Istiani / CI (Psikolog/Pengamat Kompatiologi) Tanggapan CI, berwarna BIRU. Dan tanggapan saya (El Kopitalista) berwarna HIJAU.
INTROLOGY
Sorry aku ganti thread ini dulu dengan judul: Commoditiology...:-D... Soale kedengarannya asyik... Mumpung lagi kena demam ´Logy-Logy´... Tulisanku warna ijo, seperti biasa ya Mbak...
El Kopitalista: Lha, iya emang harus pake isi kepala masing-masing... Hahaha... Ntar kalau ada yang merasa cocok, barulah isi batok kepala seseorang itu ada saja pihak-pihak yang meneruskannya, sesuai kepentingannya... Misalkan ada orang yang mulai memperhadapkan vis a vis antara kampus dan non kampus, lalu kan para Kompatiologs juga belakangan ikut ´menapak tilasi´ isi batok kepala ´orang´ itu, ya kan?... That is what ´cut and fill´ all about...
CI: Wis emang begitulah…kita dah terbiasa dengan apa yang kita lihat dan bereaksi terhadap apa yang tampak….
El Kopitalista: Termasuk yang mengklaim diri sebagai Pemikir?...
---------------------------------------------------------
COMMODITIOLOGY
Kalau lihat hasil ujiannya dan dinyatakan gagal di sidang psi trans ini …setuju YA! Boleh dianggap begitu dan hasilnya/produknya tidak layak jual…it's ok and you are right. Memang lebih tepat sebutannya adalah draft atau apalah karena memang belum final..dan ini salah satu bentuk kenorakan vcl yang tidak bisa di kasi tahu…
Saya juga belum mengatakannya ´gagal´ (wong ´perangnya´ belum berjalan?) Komentar saya sebelumnya adalah jika sebuah ´komoditi´ yang sudah beredar dipasaran ternyata tidak sesuai dengan isi ´brosur´ (selebaran elektronik) maka produk tersebut ditarik dari pasaran. Entah mau diperbaiki atau ditarik dari peredaran. Its obvious. Itupun kalau produknya JELAS dan TERUKUR.
Bagaimana dengan produk yang ´abstrak´? Produk ´abstrak´ itu apa nggak mirip sama dengan ´DOGMA´? Kalau nggak dijual sih, ya gua masa bodo amat, gitu lho Mbak´eee...:-)
Tapi sidang paling besar kan masyarakat..seperti waktu itu kubilang bahwa rekonstruksinya sebagai proses lanjutan biarlah masyarkat yang mengujinya karena kalau tidak teruji oleh masyarkat sama saja bohong besar…..dan sidang di psi trans ini masih permulaan sudah langsung tancap ke ontologi dan epistemologinya…ya matilah mereka.
Yup, dan kita adalah bagian dari masyarakat itu bukan? Tentang sodokan kejelasan ontologi dan epistemologi bagi Kompatiology, kan udah clear bahwa eksisnya suatu ilmu atau yang diklaim sebagai ilmu, semestinya melalui koridor-koridor dan standard baku tersendiri. Masaksih yang mengklaim diri sebagai ´ilmu kehidupan´ tidak memahami ´aturan alam 3 dimensional´ ini? Tapi bagian ini kan ada member yang lain udah mengkaji, tapi nampaknya jawaban yang diberikan oleh Kompatiolog, yah, ngalor ngidul kagak jelas juntrungannya, kan? Itu satu hal...Kalau dari pengujian empirik gimana, ada nggak... (saya membahasakannya sbg ´product sampling´)
Hal lainnya, sesuai thread ini adalah ´Commoditiology´ (hehe...:-) Setiap kita member di sini adalah juga bagian dari masyarakat offline yang sedang online. Seberapa kecilpun jumlahnya toh tetap ada yang menyediakan waktunya untuk meneropong hal-hal yang juga ada keterkaitannya dengan masyarakat offline.
Dan di masyarakat masih tetap laku lho…kemaren aja ada yang telpon aku..dan sepeti biasa karena aku tidak bisa dan posisiku peneliti jadinya ya seperti biasa aku minta menghubungi vcl atau Adhi..apalagi dah enam bulan terakhir aku dah off dan mesti ngerjain pr ku..kalau ngga mati gue.
Kata ˝LAKU˝ dari Anda semakin memperjelas tujuan dari ˝Commoditiology˝ ini, bukan? FYI, Saya tetap angkat topi pada Anda, karena sebagai akademisi masih memberi ruang atas ´produk´ pikiran anak muda bangsa sendiri. Seperti kita ketahui ruang gerak ini telah sangat sempit, sekalipun mungkin itu sekedar ´recognition´ saja.
Bagaimana dengan orang-orang muda yang jauh dari hiruk pikuk bisingnya Ibu Kota? Saya yakin juga banyak yang kreatif, tetapi ruang gerak mereka telah sangat sempit. Orang sibuk ngurus lubang pantit masing-masing... That obvious too... Mereka dibiarkan menjadi konsumen berbagai produk yang ´abstrak´. Cilakanya, belakangan nampaknya ke-abstrak-an ´produk´ itu disusul pula oleh Kompatiology? Hahaha... DEJA VU!...
Mangkanya saya lebih senang dengan mengambil posisi sebagai anak kampung yang sedang terbengong-bengong di atas tiang listrik, sambil terkekeh-kekeh menyaksikan orang-orang pintar bertitel bergelar berseliweran kesana-kemari dengan benak yang penuh terisi oleh status-simbol demi institusi masing-masing... Yup! Saya ulangi STATUS-SIMBOL dan INSTITUSI... Reaksi Vincent juga memperlihatkan bahwa secara psikologis dia juga tak bisa lepas dari tiga hal tersebut di atas. TAK SEORANGPUN SANGGUP LEPAS... (Paling banter jadi ´Pengungsi´ di ´warung kopi´:-)
Dilain pihak, masyarakat luas yang tertarik atas berbagai produk ´abstrak´, itu adalah hak mereka. POSISI mereka yang melakukan penawaran barang dagangan berjenis ´barang´ ´jasa´ ´dogma´ atau ´abstrak´ itu soal lain pula. Akan berbeda pula jika sesuatu yang ´abstrak´ itu TIDAK DIJUAL.
Posisi inilah salah satu yang ingin saya tanyakan dalam ˝Commoditiology˝ ini... :
Kompatiology sebagai MOVE PROFESSIONAL? (Barang/Jasa yg Diperdagangkan) atau MOVE INTELLECTUAL? (Klaim temuan suatu keilmuan, pengakuan sbg Pemikir, gerakan revolusi diam, dll.)
Yang dia pertontonkan adalah sikap yang -justru- melabeli dirinya sendiri dengan cap REAKTIF dan EMOSIONAL. Ini disebut move intellectual? Atau apa...?
Bukankah lebih gentle mengakui bahwa itu adalah INSTING DAGANG?... Mengatas namakan insting binatang aja, gua kagak tega, lho.
Rasakanlah PAHITNYA JADI MISKIN, maka survival instink akan tumbuh sendiri, tak perlu berteori dibuat-buat terdengar ilmiah sambil mengatas namakan binatang, intuisi, dll. KEMISKINANLAH SEJATINYA ILMU KEHIDUPAN ITU SENDIRI.
Jadi, posisinya awur-awuran...
Saya pernah ngimel Vincent berbulan-bulan lalu bahwa apa yang dia tuliskan kesana-kemari itu adalah dalam fase ´State of Art´ dimana pada state ini, tidaklah sama jika apa yang dia pikirkan dengan label Kompatiology diklaim, diintrodusir kedalam fase penggunaan term ´logy/logos´ (Ada yg pernah dengar term Artology? Mengapa tak ada?...Hehehe) Dan -asal tau aja- semua ilmu maupun ajaran -naturally- harus melalui fase ´State of Art´ ini. Jika pemetaan dan pemposisian fase ini saja mereka tidak fahami, lalu barang apa yang mereka -Kompatiolog- diperjual belikan itu? Apalagi mengklaim diri sebagai ´Pemikir´?
Posisi saya jelas, semua TEORI adalah KOMODITI. Termasuk buku-buku tatacara kehidupan berlabel ´best seller´ sekalipun tak punya perbedaan dengan DOGMA, (Melalui ´Kopitalisme´ saya memperluasnya dengan term ParaDogma.). (Laws, ideologies, theories are always never enough, simply because people is not a static creature. They are growing, changing and moving / Kopitalistic Verses.) Realitas-aktual cityscale-lah ´ukuran´ saya sbg Pelayan ´Warkop Institute´ ini.
Salah satu kegiatan Ornop saya di Mks (1996 - 1998) adalah mengkaji produk-produk yang berkarakter ´abstrak´. Dan saya sangat saklek dengan apa saja yang menjadi ´komoditi´. Jika tidak mempunyai potensi menciptakan simpul rawan sosial, go head. Termasuk hiruk-pikuk suatu produk yg berasal dari Italy yang menghebohkan masyarakat Kota Makassar, February 1998.
Ketua MUI, Bapak, Sanusi Baco waktu itu hampir mengetuk palu, dan jika andaikan saja kala itu palu tersebut jadi diketuk, maka ribuan bahkan puluhan ribu warga kota Makassar terlabeli sebagai Penjudi dan Penipu. Produk ini dikenal dengan label ´Pentagono´.
Contoh Kasus:
Publik kota Makassar diributkan oleh sebuah pola bisnis ´alien´ yang berasal dari Italia. Produk ini diributkan oleh term-term ´judi dan penipuan´. Oleh kalangan agamawan nyaring mengecapnya sebagai penjudian dan kalangan praktisi –kalau tak salah ingat hukum dan ekonomi- mengecapnya sebagai penipuan.
Mengetest apakah judi atau bukan, saat itu dilalui dengan menggali dalil-dalil sesuai petunjuk agama masyarakat umum. Sedangkan untuk menguji apakah hal tersebut adalah bentuk penipuan atau bukan, belum ada metode khusus. Lebih konyol lagi belum ada lembaga khusus yang membidani ´shock terapi´ akibat bisnis berskala global dan menyebar bagai virus ditengah-tengah lesunya bisnis real akibat hempasan krismon, waktu itu.
Al hasil ketua MUI Sulsel kala itu -Bpk. Sanusi Baco- sudah siap mengetuk palu bahwa bisnis tersebut adalah perjudian. Artinya, ribuan bahkan PULUHAN RIBU masyarakat kota sebentar lagi akan menerima status Penjudi dan Penipu.
Oleh beberapa rekan pebisnis, Tuhantu disodorkan kertas berbentuk ´rekomendasi´ dari kantor Kadin setempat, bahwa lembaga itu memberi ´lampu hijau´ kepada mereka. Namun lembaga tersebut –Kadin- belum punya kasus serupa selama ini, dimana akibat rekomendasi yang telah terbit tersebut, toh belum bisa dijadikan semacam ´obat penawar´ agar ketukan palu bisa dibatalkan.
Metode apa yang bisa digunakan untuk menyetop ketokan palu vonis tersebut. Tuhantu lalu ikut terjun ke bisnis itu kira kira menjelang seminggu sebelum palu diketukkan sekedar ingin masuk ketengah-tengah pusaran kekisruhan saat itu sekaligus mempelajarinya secara langsung.
Setelah koran lokal berminggu minggu ribut oleh bisnis ´alien´ ini, ya, ampun ternyata solusinya mudah sekali! Apakah judi atau tidak, Tuhantu harus menemukan seorang agamawan yang punya dalil yang relevan serta tidak hanya ngikutin kebanyakan orang ngomong aja... Demikian banyak orang resah akibat ´trial by the press´... Telpun sana telpun sini, akhirnya dapat.
Selanjutnya nyari orang yang tahu merumuskan penggunaan salah satu kurva. Saya tahu jenis kurva yang harus digunakan, lucunya saya tidak tahu merumuskannya secara detail sesuai dengan konteks sistem dalam bisnis itu. Bingo, dapat seorang yang memang punya background!
Langkah selanjutnya, membuat selebaran utk disebarkan dalam pertemuan itu, sekaligus menyiapkan argumen-argumen debat bagi beberapa yang mau ´pasang badan´... (Maklumlah saya selalu memang jadi ˝Hantu˝ aja... Kagak keliatan, hehe)
Palu sang ketua MUI tak jadi diketokkan, puluhan ribu orang tak harus menyandang status Penjudi dan Penipu!
Sekali lagi, produknya JELAS dan TERUKUR.
May FUN be with you
EL KOPITALISTA
http://kopitalisme.tk
http://kopitalisme.blogspot.com
INTROLOGY
Sorry aku ganti thread ini dulu dengan judul: Commoditiology...:-D... Soale kedengarannya asyik... Mumpung lagi kena demam ´Logy-Logy´... Tulisanku warna ijo, seperti biasa ya Mbak...
El Kopitalista: Lha, iya emang harus pake isi kepala masing-masing... Hahaha... Ntar kalau ada yang merasa cocok, barulah isi batok kepala seseorang itu ada saja pihak-pihak yang meneruskannya, sesuai kepentingannya... Misalkan ada orang yang mulai memperhadapkan vis a vis antara kampus dan non kampus, lalu kan para Kompatiologs juga belakangan ikut ´menapak tilasi´ isi batok kepala ´orang´ itu, ya kan?... That is what ´cut and fill´ all about...
CI: Wis emang begitulah…kita dah terbiasa dengan apa yang kita lihat dan bereaksi terhadap apa yang tampak….
El Kopitalista: Termasuk yang mengklaim diri sebagai Pemikir?...
---------------------------------------------------------
COMMODITIOLOGY
Kalau lihat hasil ujiannya dan dinyatakan gagal di sidang psi trans ini …setuju YA! Boleh dianggap begitu dan hasilnya/produknya tidak layak jual…it's ok and you are right. Memang lebih tepat sebutannya adalah draft atau apalah karena memang belum final..dan ini salah satu bentuk kenorakan vcl yang tidak bisa di kasi tahu…
Saya juga belum mengatakannya ´gagal´ (wong ´perangnya´ belum berjalan?) Komentar saya sebelumnya adalah jika sebuah ´komoditi´ yang sudah beredar dipasaran ternyata tidak sesuai dengan isi ´brosur´ (selebaran elektronik) maka produk tersebut ditarik dari pasaran. Entah mau diperbaiki atau ditarik dari peredaran. Its obvious. Itupun kalau produknya JELAS dan TERUKUR.
Bagaimana dengan produk yang ´abstrak´? Produk ´abstrak´ itu apa nggak mirip sama dengan ´DOGMA´? Kalau nggak dijual sih, ya gua masa bodo amat, gitu lho Mbak´eee...:-)
Tapi sidang paling besar kan masyarakat..seperti waktu itu kubilang bahwa rekonstruksinya sebagai proses lanjutan biarlah masyarkat yang mengujinya karena kalau tidak teruji oleh masyarkat sama saja bohong besar…..dan sidang di psi trans ini masih permulaan sudah langsung tancap ke ontologi dan epistemologinya…ya matilah mereka.
Yup, dan kita adalah bagian dari masyarakat itu bukan? Tentang sodokan kejelasan ontologi dan epistemologi bagi Kompatiology, kan udah clear bahwa eksisnya suatu ilmu atau yang diklaim sebagai ilmu, semestinya melalui koridor-koridor dan standard baku tersendiri. Masaksih yang mengklaim diri sebagai ´ilmu kehidupan´ tidak memahami ´aturan alam 3 dimensional´ ini? Tapi bagian ini kan ada member yang lain udah mengkaji, tapi nampaknya jawaban yang diberikan oleh Kompatiolog, yah, ngalor ngidul kagak jelas juntrungannya, kan? Itu satu hal...Kalau dari pengujian empirik gimana, ada nggak... (saya membahasakannya sbg ´product sampling´)
Hal lainnya, sesuai thread ini adalah ´Commoditiology´ (hehe...:-) Setiap kita member di sini adalah juga bagian dari masyarakat offline yang sedang online. Seberapa kecilpun jumlahnya toh tetap ada yang menyediakan waktunya untuk meneropong hal-hal yang juga ada keterkaitannya dengan masyarakat offline.
Dan di masyarakat masih tetap laku lho…kemaren aja ada yang telpon aku..dan sepeti biasa karena aku tidak bisa dan posisiku peneliti jadinya ya seperti biasa aku minta menghubungi vcl atau Adhi..apalagi dah enam bulan terakhir aku dah off dan mesti ngerjain pr ku..kalau ngga mati gue.
Kata ˝LAKU˝ dari Anda semakin memperjelas tujuan dari ˝Commoditiology˝ ini, bukan? FYI, Saya tetap angkat topi pada Anda, karena sebagai akademisi masih memberi ruang atas ´produk´ pikiran anak muda bangsa sendiri. Seperti kita ketahui ruang gerak ini telah sangat sempit, sekalipun mungkin itu sekedar ´recognition´ saja.
Bagaimana dengan orang-orang muda yang jauh dari hiruk pikuk bisingnya Ibu Kota? Saya yakin juga banyak yang kreatif, tetapi ruang gerak mereka telah sangat sempit. Orang sibuk ngurus lubang pantit masing-masing... That obvious too... Mereka dibiarkan menjadi konsumen berbagai produk yang ´abstrak´. Cilakanya, belakangan nampaknya ke-abstrak-an ´produk´ itu disusul pula oleh Kompatiology? Hahaha... DEJA VU!...
Mangkanya saya lebih senang dengan mengambil posisi sebagai anak kampung yang sedang terbengong-bengong di atas tiang listrik, sambil terkekeh-kekeh menyaksikan orang-orang pintar bertitel bergelar berseliweran kesana-kemari dengan benak yang penuh terisi oleh status-simbol demi institusi masing-masing... Yup! Saya ulangi STATUS-SIMBOL dan INSTITUSI... Reaksi Vincent juga memperlihatkan bahwa secara psikologis dia juga tak bisa lepas dari tiga hal tersebut di atas. TAK SEORANGPUN SANGGUP LEPAS... (Paling banter jadi ´Pengungsi´ di ´warung kopi´:-)
Dilain pihak, masyarakat luas yang tertarik atas berbagai produk ´abstrak´, itu adalah hak mereka. POSISI mereka yang melakukan penawaran barang dagangan berjenis ´barang´ ´jasa´ ´dogma´ atau ´abstrak´ itu soal lain pula. Akan berbeda pula jika sesuatu yang ´abstrak´ itu TIDAK DIJUAL.
Posisi inilah salah satu yang ingin saya tanyakan dalam ˝Commoditiology˝ ini... :
Kompatiology sebagai MOVE PROFESSIONAL? (Barang/Jasa yg Diperdagangkan) atau MOVE INTELLECTUAL? (Klaim temuan suatu keilmuan, pengakuan sbg Pemikir, gerakan revolusi diam, dll.)
Yang dia pertontonkan adalah sikap yang -justru- melabeli dirinya sendiri dengan cap REAKTIF dan EMOSIONAL. Ini disebut move intellectual? Atau apa...?
Bukankah lebih gentle mengakui bahwa itu adalah INSTING DAGANG?... Mengatas namakan insting binatang aja, gua kagak tega, lho.
Rasakanlah PAHITNYA JADI MISKIN, maka survival instink akan tumbuh sendiri, tak perlu berteori dibuat-buat terdengar ilmiah sambil mengatas namakan binatang, intuisi, dll. KEMISKINANLAH SEJATINYA ILMU KEHIDUPAN ITU SENDIRI.
Jadi, posisinya awur-awuran...
Saya pernah ngimel Vincent berbulan-bulan lalu bahwa apa yang dia tuliskan kesana-kemari itu adalah dalam fase ´State of Art´ dimana pada state ini, tidaklah sama jika apa yang dia pikirkan dengan label Kompatiology diklaim, diintrodusir kedalam fase penggunaan term ´logy/logos´ (Ada yg pernah dengar term Artology? Mengapa tak ada?...Hehehe) Dan -asal tau aja- semua ilmu maupun ajaran -naturally- harus melalui fase ´State of Art´ ini. Jika pemetaan dan pemposisian fase ini saja mereka tidak fahami, lalu barang apa yang mereka -Kompatiolog- diperjual belikan itu? Apalagi mengklaim diri sebagai ´Pemikir´?
Posisi saya jelas, semua TEORI adalah KOMODITI. Termasuk buku-buku tatacara kehidupan berlabel ´best seller´ sekalipun tak punya perbedaan dengan DOGMA, (Melalui ´Kopitalisme´ saya memperluasnya dengan term ParaDogma.). (Laws, ideologies, theories are always never enough, simply because people is not a static creature. They are growing, changing and moving / Kopitalistic Verses.) Realitas-aktual cityscale-lah ´ukuran´ saya sbg Pelayan ´Warkop Institute´ ini.
Salah satu kegiatan Ornop saya di Mks (1996 - 1998) adalah mengkaji produk-produk yang berkarakter ´abstrak´. Dan saya sangat saklek dengan apa saja yang menjadi ´komoditi´. Jika tidak mempunyai potensi menciptakan simpul rawan sosial, go head. Termasuk hiruk-pikuk suatu produk yg berasal dari Italy yang menghebohkan masyarakat Kota Makassar, February 1998.
Ketua MUI, Bapak, Sanusi Baco waktu itu hampir mengetuk palu, dan jika andaikan saja kala itu palu tersebut jadi diketuk, maka ribuan bahkan puluhan ribu warga kota Makassar terlabeli sebagai Penjudi dan Penipu. Produk ini dikenal dengan label ´Pentagono´.
Contoh Kasus:
Publik kota Makassar diributkan oleh sebuah pola bisnis ´alien´ yang berasal dari Italia. Produk ini diributkan oleh term-term ´judi dan penipuan´. Oleh kalangan agamawan nyaring mengecapnya sebagai penjudian dan kalangan praktisi –kalau tak salah ingat hukum dan ekonomi- mengecapnya sebagai penipuan.
Mengetest apakah judi atau bukan, saat itu dilalui dengan menggali dalil-dalil sesuai petunjuk agama masyarakat umum. Sedangkan untuk menguji apakah hal tersebut adalah bentuk penipuan atau bukan, belum ada metode khusus. Lebih konyol lagi belum ada lembaga khusus yang membidani ´shock terapi´ akibat bisnis berskala global dan menyebar bagai virus ditengah-tengah lesunya bisnis real akibat hempasan krismon, waktu itu.
Al hasil ketua MUI Sulsel kala itu -Bpk. Sanusi Baco- sudah siap mengetuk palu bahwa bisnis tersebut adalah perjudian. Artinya, ribuan bahkan PULUHAN RIBU masyarakat kota sebentar lagi akan menerima status Penjudi dan Penipu.
Oleh beberapa rekan pebisnis, Tuhantu disodorkan kertas berbentuk ´rekomendasi´ dari kantor Kadin setempat, bahwa lembaga itu memberi ´lampu hijau´ kepada mereka. Namun lembaga tersebut –Kadin- belum punya kasus serupa selama ini, dimana akibat rekomendasi yang telah terbit tersebut, toh belum bisa dijadikan semacam ´obat penawar´ agar ketukan palu bisa dibatalkan.
Metode apa yang bisa digunakan untuk menyetop ketokan palu vonis tersebut. Tuhantu lalu ikut terjun ke bisnis itu kira kira menjelang seminggu sebelum palu diketukkan sekedar ingin masuk ketengah-tengah pusaran kekisruhan saat itu sekaligus mempelajarinya secara langsung.
Setelah koran lokal berminggu minggu ribut oleh bisnis ´alien´ ini, ya, ampun ternyata solusinya mudah sekali! Apakah judi atau tidak, Tuhantu harus menemukan seorang agamawan yang punya dalil yang relevan serta tidak hanya ngikutin kebanyakan orang ngomong aja... Demikian banyak orang resah akibat ´trial by the press´... Telpun sana telpun sini, akhirnya dapat.
Selanjutnya nyari orang yang tahu merumuskan penggunaan salah satu kurva. Saya tahu jenis kurva yang harus digunakan, lucunya saya tidak tahu merumuskannya secara detail sesuai dengan konteks sistem dalam bisnis itu. Bingo, dapat seorang yang memang punya background!
Langkah selanjutnya, membuat selebaran utk disebarkan dalam pertemuan itu, sekaligus menyiapkan argumen-argumen debat bagi beberapa yang mau ´pasang badan´... (Maklumlah saya selalu memang jadi ˝Hantu˝ aja... Kagak keliatan, hehe)
Palu sang ketua MUI tak jadi diketokkan, puluhan ribu orang tak harus menyandang status Penjudi dan Penipu!
Sekali lagi, produknya JELAS dan TERUKUR.
May FUN be with you
EL KOPITALISTA
http://kopitalisme.tk
http://kopitalisme.blogspot.com
Pretplati se na:
Postovi (Atom)